Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keheroikan Membangun Roda Penerbitan

grafis.aw

Ahad (22/06/25) selepas maghrib, saya dengan Widodo mengantarkan hasil cetakan buku kepada Kepala MTs Unggulan Ulul Albab. 

Alhamdulillah, Allah Swt telah kasih nikmat luar biasa sehingga jerih payah menulis –dari pelatihan, kemudian lanjut penyuntingan, akhirnya selesai menjadi karya buku.

Perjuangan ini tentu luar biasa. Saya dengan Widodo bekerja ekstra untuk menyelesaikan misi ini. Mulai dari editing 76 naskah yang saya lakukan dengan M. Ainun Najib –mahasiswa PAI Unugiri

Setelah selesai editing, kemudian giliran layout isi yang dilakukan oleh Widodo sang pemilik nama Widodo Ramadhoni.

Kala proses layout isi inilah –setelah jadi, saya dengan Widodo masih melakukan revisi berkali-kali. Terhitung, dalam arsip laptop saya, terdapat tujuh kali revisi.

Subhanallah. Ini perjuangan yang all out agar naskah menjadi minim kesalahan.

Setelah selesai revisi, tidak begitu saja mulus ke tahapan berikutnya. Yakni, siap yang akan melayout sampul buku? 

Kebingungan ini, oleh karena Widodo sudah buntu, tidak ada ide untuk fokus membuat sampul (cover) bukunya. “wes, gak tuk! mikir layout wes ngelu,” itulah transkrip pembicaraan yang berhasil saya rekam.

Karena waktu yang semakin mepet, saya menawarkan kepada Widodo, bagaimana bila untuk sampul saya minta Wahid! 

Awalnya, Widodo meragukan. Tetapi, jaminan 100% itu saya berikan dengan acuan bila flyer-flyer di instagram Prodi PAI yang membuat adalah A. Wahid. 

Setelah layout isi dan sampul buku jadi, tantangan masih belum selesai. Berikutnya, lalu di mana cetak bukunya? 

Sengaja memang, saya meminta Widodo, untuk melakukan riset dengan berselancar di internet. Atau, bertanya kepada temannya yang juga memiliki usaha penerbitan.

Alhamdulillah, akhirnya Widodo menemukan pencetakan yang agak miring. Hanya saja setelah dihubungi, tantangannya hanya bisa dihubungi pada jam kerja. 

Setelah beberapa kali dicoba, ternyata meski di chat saat jam kerja, juga tidak membuahkan kabar menyenangkan. 

Info dari Widodo, “tidak ada respon pak,” itulah katanya.

Ketika percetakan pertama tidak berhasil, akhirnya coba menghubungi percetakan kedua. Tepatnya, berada di kota pahlawan. Secara harga, juga murah. Hanya saja, dalam eksekusi penyelesaian cetak bukunya, ternyata membutuhkan waktu sebulan.

Saya dan Widodo, menjadi pusing lagi. Apalagi, target untuk cetak buku tinggal tujuh hari. Pertanyaan saya, mana ada percetakan buku yang sanggup untuk menyelesaikan pencetakan 100 lebih eksemplar dalam rentan waktu itu?

Setelah "lama" memikirkan dua percetakan yang tidak mungkin; pertama, karena tidak ada respon, dan yang kedua durasi penyelesaiannya sebulan; akhirnya saya coba memberikan koneksi percetakan kala saya masih bekerja di Semarang.

Tanpa berpikir panjang, akhirnya saya kirimkan nomornya kepada Widodo. Ia saya minta untuk menghubungi percetakan yang saya maksud. Tidak begitu lama, Widodo kemudian memberi tahu, bila percetakan yang saya rekomendasikan siap dan langsung dihitungkan. 

Terlebih menurutnya, yang punya percetakan tidak prosedural. Sebagai misal, hanya membalas saat jam kerja dan lain sebagainya.

Widodo, kemudian saya minta untuk bertanya lanjutan kepada rujukan percetakan yang saya maksud. 

Alhamdulillah, waktu cetak ternyata bisa selesai dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Yakni, “lima hari”. Begitu, jawaban percetakan yang disampaikan Widodo kepada saya.

Ambil ke Jogja

Setelah ada kepastian bahwa order buku jadi dalam waktu lima hari, saya dengan Widodo masih ada tantangan. 

Sebab, buku itu akan dibagi saat perpisahan madrasah, tepatnya Senin (23/06/25). Padahal, buku itu baru jadi Sabtu (21/06/25), tepatnya pukul 14.00 Wib.

Jika melihat finishing buku pada hari Sabtu, rasanya tidak mungkin bila kemudian dikirimkan via paket sampainya satu hingga dua hari. 

Karena, jasa pengiriman minimal akan sampai kurang lebih tiga hari. Apalagi, terdapat weekend yang bisa membuat bertambah hari pula sampai ke Bojonegoro. 

Di tengah tantangan ini, Widodo bersemangat menyelesaikan misi ini dengan berencana mengambil sendiri ke Jogja, sembari naik motor. 

Sabtu (21/06/25) pagi, Widodo berangkat dari Bojonegoro ke Jogja. Saya tidak lupa mengawal keberadaan dia, mulai dari bertanya langsung via chatWhatsApp, hingga melihat update status yang dibuat. Artinya, bila ada yang perlu dikomunikasikan, saya bisa fast respond.

Saya juga berpesan, kalau capek istirahat. Makan dan lain-lain, jangan sampai tidak tercukupi. Bahkan pesan yang agak aneh, saya meminta dia bila ada waktu ya mengabadikan momentum perjalanan hingga foto. Biar ada bukti sejarahnya. Ha, ha, ha!

Kesediaan Widodo –ambil buku ke Jogja, membuat saya lega. Artinya, semangat untuk menyelesaikan misi penerbitan tercapai. Inilah lika-liku perjuangan yang saya dan Widodo tempuh. 

Mungkin, bagi pembaca remeh. Tapi perlu diingat, keberadaan saya dan Widodo ini sudah memiliki profesi sendiri. Artinya, memiliki tanggung jawab pekerjaan masing-masing. 

Widodo, yang bekerja di toko plafon ternama di Bojonegoro; adapun saya, tugas di kampus sebagai pendidik. Di sela-sela menyisihkan waktu bekerja, untuk ngopeni order inilah, bagi saya dan Widodo perjuangan tiada henti. 

Akhirnya, misi order buku berjudul, Sejuta Kenangan tentang Madrasahku yang ditulis oleh siswa MTs Unggulan Ulul Albab Plesungan, Kapas, telah secara resmi kami serahkan.

Ketepatan ini, sebagai bentuk komitmen Penerbit Jurnaba, untuk mempersembahkan yang baik kepada mitra. Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah atas pertolongan demi pertolongan yang Engkau berikan.*

: Usman Roin
: Usman Roin (Dosen PAI Unugiri)

2 komentar untuk "Keheroikan Membangun Roda Penerbitan"

  1. Anwar Saleh HasibuanSelasa, Juni 24, 2025

    wah proses yang sungguh luar biasa...dibalik cobaan ada ujian, dibalik ujian ada cobaan...yang sukses, yang tetap melangkah setahap demi setahap (konsisten) tanpa menyerah...

    BalasHapus