Manusia, Hakikat dan Tanggungjawab
![]() |
grafis. aw |
Manusia secara bahasa –dalam KBBI, menunjukkan makna “kita” sebagai orang. Setiap hari, dapat dibayangkan berapa bayi yang lahir di dunia ini?
Jika kemudian kita merujuk pada Al-Qur’an, secara teks terdapat ayat yang menggambarkan tahapan penciptaan manusia. Yaitu, surah Al-Mukminun ayat 12-14.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ ۚ [12] ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ ۖ [13] ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخٰلِقِيْنَۗ [14]
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (yang berasal) dari tanah. [12]. Kemudian, Kami menjadikannya air mani di dalam tempat yang kukuh (rahim). [13]. Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta. [14]”
Ayat di atas, mencakup fase awal berupa air mani, diikuti dengan fase segumpal darah, segumpal daging, kemudian pembentukan tulang yang dibalut dengan daging.
Jika demikian, proses penciptaan manusia dari fase demi fase secara detail menggambarkan keajaiban ciptaan Allah Swt yang telah jelas keberadaannya.
Hakikat Manusia
Keberadaan kita –sebagai manusia, dalam Islam tersusun dari dua unsur. Ada yang menyebut materi dan nonmateri, atau jasmani dan rohani.
Secara jasmani –atau materi, Prof. Zainuddin (2015:18), menunjukkan pada tubuh kita secara fisik. Sehingga, secara mudah kita mengongkretkan bentuk manusia ya memiliki kepala beserta kelengkapan mulai dari mata, telinga, rambut; memiliki badan meliputi kedua tangan beserta lima jari hingga alat reproduksi; kemudian kedua kaki beserta lima jari.
Sehingga pasca bisa mengongkretkan melalui penggambaran bentuk fisik yang bisa dilihat, fungsi masing-masing dari anggota tubuh tersebut dapat digunakan.
Sebagai misal, mata bisa digunakan untuk melihat, telinga untuk mendengar. Badan untuk menyenggol, tangan untuk makan-menulis-bahkan mencubit dan sebagainya, lalu reproduksi digunakan untuk meneruskan keturunan.
Kemudian kaki bisa digunakan untuk berjalan, lari, hingga bermain seperti sepak bola dan lainnya.
Kemudian unsur berikutnya dari manusia yaitu rohani (nonmateri), atau roh yang dalam KBBI dijelaskan sebagai suatu (unsur) yang ada dalam jasmani yang diciptakan olah Allah Swt sebagai sebab adanya kehidupan.
Mengapa roh dikata sebagai penyebab kehidupan?
Jawabannya, ya agar tanda manusia hidup tampak. Hal itu bisa hubungkan dengan manusia yang sudah meninggal. Secara fisik (jasmani) masih ada, tetapi secara roh (nyawa) telah tiada atau berpisah dengan raga.
Karenanya, bila manusia sudah meninggal, digerakkan dengan alat apapun ia tidak akan hidup. Penyebabnya, roh sebagai penggerak jasmani telah dicabut dari raga yang ada.
Oleh karena roh bersifat nonmateri –atau tidak tampak secara kasat mata, menurut Prof. Zainuddin (2015:18-19) ia mempunyai tiga daya.
Pertama, daya pikir. Artinya, kemampuan untuk melakukan proses berpikir.
Perihal daya pikir pusatnya ada di kepala, yang dalam Islam bisa diasah dengan banyak membaca ayat-ayat Allah (qouliyah), serta mengamati ciptaan yang terdapat dalam alam semesta beserta isinya atau disebut ayat kauniyah (fenomena-ciptaan alam semesta).
Kedua, daya rasa yang letaknya ada pada dada.
Daya ini bisa diperoleh hingga ditingkatkan melalui sarana ibadah. Mulai dari shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an. Jika demikian, semakin manusia intensif mendekatkan diri melalui laku ibadah, hati nurani akan tercerahkan.
Ketiga, daya nafsu dalam KBBI disebut hawa nafsu. Sebagai contoh, manakala lapar, otomatis tubuh akan menjadi lemas.
Karenanya, keinginan untuk memenuhi kebutuhan dengan makan dan minum tidak bisa ditunda, dan akan hilang manakala telah hilang rasa lapar. Hal itu akan berlanjut kepada dorongan (daya) nafsu yang lain.
Tanggung Jawab
Sebagai manusia, terdapat tiga tanggungjawab yang mesti dilakukannya.
Pertama, manusia kepada Allah. Kita –sebagai manusia, tidak "ada" dan "hadir" di bumi ini dengan sendirinya. Dalam Bahasa Jawa “mecungul” atau muncul bagitu saja. Dalam Islam, kita ini ciptaan Allah Swt.
Oleh karena kita hanya ciptaan-Nya, tanggungjawab kita –sebagai manusia, adalah memenuhi kewajiban dan pengabdian kepada-Nya. Firman Allah Swt dalam surah az-Zariyat ayat 56.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Operasionalisasi dari beribadah kepada Allah Swt, adalah melaksanakan kewajiban sholat dengan tanpa bolong –oleh sebab syari, serta aneka kewajiban lain puasa, zakat, haji yang sering dinamakan ibadah mahdhah (ritual); di samping ibadah non-ritual (ghoiru mahdhah) berwujud senang silaturahmi, menuntut ilmu, bekerja dan sebagainya.
Kedua, manusia kepada diri sendiri. Tanggung jawab manusia kepada diri sendiri lebih dimaknai kewajiban untuk menjaga diri, baik secara jasmani maupun rohani. Artinya, selalu berupaya untuk terus-menerus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas hidup.
Mulai dari terampil menjaga kesehatan, cerdas mengelola waktu dan keuangan secara bijak, serta senantiasa berzikir dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Ketiga, manusia kepada sesama. Tanggung jawab kepada sesama ini karena manusia merupakan makhluk sosial. Keberadaannya menjadi bagian dari anggota masyarakat.
Oleh karena itu, dalam berfikir, berbicara, dan bertingkah laku, manusia terikat oleh masyarakat. Manusia terikat akan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.
Karenanya, semua tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Mudahnya, setiap anggota masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk saling menjaga kerukunan dan keharmonisan antar anggota masyarakat.
Wujud konkrit salah satu dari tanggungjawab manusia kepada sesama, bisa kita telaah sabda Nabi Muhammad riwayat Imam Muslim:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ
“Hak seorang muslim kepada muslim lainnya ada lima, yakni membalas salam, menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan ketika bersin.”
Posting Komentar untuk "Manusia, Hakikat dan Tanggungjawab"